PENAKLUKKAN MEKAH (Fathu Mekah)
Latar Belakang
Sejak zaman jahiliyah, kubu Bani Bakar dan Bani Khuza’ah sudah bermusuhan. Ketika Islam datang, terjadi gencatan senjata, dan masing-masing kabilah merasa aman dari yang lain. Namun Bani Bakar ingin memanfaatkan kesempatan dengan melampiaskan dendam lama kepada kabilah Khuza’ah.
Pada malam hari di bulan Sya’ban 8 Hijriah, Naufal ibn Mu’awiyah Ad Daili dan orang-orang Bani Bakar menyerbu Bani Khuza’ah yang sedang berada di mata air mereka, al-watir. Terjadilah pertempuran yang menewaskan beberapa orang dari Bani Khuza’ah. Sementara itu, orang-orang Quraisy diam-diam menyuplai perlengkapan senjata kepada Bani Bakar bahkan beberapa diantaranya ikut menyerang dengan berlindung di balik gelapnya malam.
Bani Khuza’ah pun terdesak sampai ke Tanah Suci. Ketika Bani Khuza’ah sudah memasuki Mekah, mereka berlindung di rumah Budail ibn Warqa Al Khuza’i dan rumah pembantunya yang bernama Rafi’. Pada saat yang sama Amr bin Salim Al Khuza’i segera pergi ke Madinah hendak menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setibanya di sana dia berdiri di hadapan beliau yang sedang duduk-duduk di Masjid, dikelilingi beberapa orang Muslim.
Abu Sufyan Pergi ke Madinah untuk Memperbarui Isi Perjanjian
Orang-orang Quraisy mulai menyadari pengkhianatan ini dan merasakan akibat yang mereka tanggung. Mereka menyelenggarakan majelis permusyawaratan dan mengambil keputusan untuk mengirim seorang utusan. Abu Sufyan, yang merupakan pemimpin mereka yang diutus untuk memperbarui isi perjanjian.
Abu Sufyan berangkat menuju Madinah. Sesampainya di sana, kemudian Abu Sufyan bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdiplomasi dengan beliau. Tetapi beliau sama sekali tidak menanggapinya. Kemudian Abu Sufyan menemui Abu Bakar dan meminta nya agar mau berbicara dengan Abu Sufyan. Abu Bakar berkata, “aku tidak sudi melakukannya”.
Kemudian Abu Sufyan menemui Umar bin Al-Khattab dan berbicara dengannya. Umar berkata,”Apakah layak bila aku memintakan pertolongan bagi kalian kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Demi Allah, kalau pun aku hanya mendapatkan debu, tentu debu itu akan kugunakan untuk menyerang kalian.”
Selanjutnya ia menemui Ali bin Abu Thalib. Dengan perasaan galau dan resah serta putus asa, dia berkata kepada Ali bin Abu Thalib. “Wahai Abdul Hasan, kulihat semua urusan terasa amat berat bagiku. Karena itu nasehatilah aku.” Ali menjawab,”Aku tidak melihat lagi sesuatu pun berguna bagimu. Tetapi, bukanlah engkau pemimpin Bani Kinanah? Bangkit dan berilah jaminan perlindungan untuk manusia, kemudian pulanglah ke tempatmu.”
Bersiap-siap Perang dan Usaha Merahasiakannya
Pada pagi hari ketiga, Amr bin Salim Al Khuza’i datang bersama empat puluh orang yang berkendara sambil melantunkan syair. Dengan begitu orang-orang mengetahui telah terjadi pelanggaran terhadap perjanjian. Setelah Amr, lalu datang Budail kemudian disusul Abu Sufyan, sehingga mereka semakin yakin kabar tentang hal itu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar semua orang melakukan persiapan dan memberitahukan bahwa sasarannya adalah Mekkah.
Agar misi yang dirahasiakan ini lebih terjaga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus satu pasukan sebanyak delapan puluh orang di bawah piminan Abu Qatadah ke suatu perkampungan yang terletak diantara Dzu Khasyab dan Dzul Marwah pada awal Ramadhan 8 H. tujuannya agar orang-orang mengira bahwa beliau hendak menuju ke tempat tersebut.
Pasukan Islam Bergerak ke Arah Mekkah
Pada hari ke sepuluh Ramadhan 8 H, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan Madinah dan berangkat menuju Mekkah bersama sepuluh ribu sahabat. Ketika Rasulullah tiba di Juhfah atau setelah melewatinya, beliau bertemu paman beliau, Al Abbas bin Abdul Muththalib, yang telah masuk islam dan hijrah bersama seluruh keluarganya.
Pasukan Islam Singgah di Marr Azh-Zhahran
Rasulullah melanjutkan perjalanan dalam keadaan puasa, begitu pula semua orang, hingga tiba di Al Kudaid, sebuah mata air yang terletak antara Asfan dan Qudaid. Beliau berbuka di sana bersama semua orang yang bergabung bersama beliau. Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan hingga tiba di Marr Azh-Zhahran. Beliau memerintahkan pasukan untuk berhenti dan mereka pun menyalakan api unggun. Beliau mengangkat Umar bin Al Khaththab sebagai penjaga.
Pasukan Islam Meninggalkan Marr Azh-Zahran Menuju Mekkah
Pada selasa pagi, 17 Ramadhan 8 H, Rasulullah meninggalkan Marr Azh Zhahran menuju Mekkah. Beliau memerintahkan Al Abbas untuk menahan Abu Sufyan di ujung jalan tembus melewati gunung, hingga iring-iringan pasukan Allah dapat lewat melalui jalur tersebut. Dengan demikian, Abu Sufyan bisa melihat semuanya. Al Abbas pun melakukan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.
Setiap kabilah melewati jalur tersebut sambil memegang bendera masing-masing. Setiap kali ada kabilah yang lewat Abu Sufyan bertanya kepada mereka agar mengetahui keberadaan pasukan Muslim. Semua kabilah sudah melewati dan tidak ada satu kabilah pun yang lewat melainkan Abu Sufyan menanyakannya. Kini giliran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat bersama pasukan berkuda yang terlihat berwarna hijau, yang didalamnya terdapat orang-orang Muhajirin dan Anshar. Tubuh mereka tidak tampak karena tertutup baju besi. Abu Sufyan berkata,”Subhanallah. Wahai Abbas siapakah mereka ini?”, Al Abbas menjawab, Iitu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Muhajirin dan Anshar. “Abu Sufyan berkata, “Tak seorang pun yang sanggup dan kuat mengahadapi mereka.” lalu dia melanjutkan lagi, “Demi Allah wahai Abul Fadhal, kerajaan keponakanmu saat ini benar-benar menjadi besar.” Al Abbas berkata, “Wahai Abi Sufyan, itu adalah kenabian.” “kalau begitu lebih bagus lagi,” kata Abu Sufyan.
Ketika Rasulullah sudah berada di hadapan Abu Sufyan, ia bertanya, “wahai Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang dikatakan Sa’ad?”
Beliau balik bertanya, “apa yang dikatakannya?”. Abu Sufyan menjawab, “Dia mengatakan begini dan begitu”. Utsman dan Abdurrahman bin Auf berkata, “Wahai Rasulullah, kita tidak merasa aman selagi dia masih mempunyai kekuasaan di tengah Quraisy.”
Beliau menjawab, “Justru hari ini adalah hari diagungkannya Ka’bah dan dimuliakannya Quraisy oleh Allah.”
Orang-orang Quraisy Berpencar Menghindari Pasukan Islam
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati Abu Sufyan, Al Abbas berkata kepadanya, “Segeralah temui kaum mu!” maka Abu Sufyan segera masuk Mekkah dan berteriak lantang seraya menyuruh orang-orang Quraisy untuk berlindung. Mereka berpencar dengan tergesa-gesa.
Pasukan Islam Masuk Mekkah
Pasukan Islam bergerak melewati jalan yang telah ditetapkan untuk masuk Mekkah. Siapa yang menghadang Khalid dan rekan-rekannya pasti dilibas. Dalam peristiwa ini, dua anggota pasukan Khalid gugur. Keduanya tersesat dari induk pasukan, sehingga melewati jalan lain yang tidak semestinya. Karenanya mereka berdua dibunuh oleh orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di khandamah kemudian berhadapan dengan Khalid. Pertempuran pun tidak terelakkan hingga dua belas orang dibunuh oleh nya. Karena terdesak, mereka melarikan diri.
Khalid bin Al Walid terus memasuki Mekkah dan menunggu kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Shafa.
Rasulullah Masuk ke Masjidil Haram dan Membersihkannya dari Berhala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bergerak bersama-sama Muhajirin dan Anshar hingga masuk masjid. Beliau menghampiri Hajar Aswad lalu menciumnya. Beliau berthawaf di sekeliling Ka’bah sambil memegang busur. Pada waktu itu di sekitar Ka’bah ada 360 berhala. Kemudian beliau menghancurkan dengan menyodok berhala-berhala tersebut dengan busur.
Kemudian beliau thawaf dengan berpakaian ihram. Setelah sempurna, beliau memanggil Utsman bin Thalhah dan memerintahkannya untuk mengambil kunci Ka’bah. Setelah terbuka, beliau masuk ke dalam Ka’bah dan melihat berbagai gambar. Beliau bersabda, “Semoga Allah membinasakan mereka. Demi Allah, sekali pun Ibrahim tidak mengundi dengan anak panah ini.” beliau juga melihat beberapa gambar lainnya, lalu memerintahkan agar semua dimusnahkan.
Rasulullah Shalat di Dalam Ka’bah Lalu Berpidato di Hadapan Orang-orang Quraisy.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di depan Ka’bah. Setelahnya beliau berkeliling di dalam Ka’bah dan bertakbir di setiap sudutnya dan mengesakan Allah. Pintu Ka’bah pun di buka oleh beliau. Terlihat orang-orang Quraisy berkerumun memenuhi masjid seraya menunggu apa yang akan beliau lakukan.
Beliau bersabda, “Wahai orang-orang Quraisy, apa yang harus kulakukan terhadap kalian menurut pendapat kalian?” mereka menjawab, “Kebaikan karena engkau saudara yang baik dan anak saudara yang baik pula.” Beliau bersabda, Kukatakan kepada kalian seperti yang dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, pergilah, karena kalian adalah orang-orang yang bebas.”
Kunci Ka’bah Diserahkan kepada yang Berwenang
Dalam riwayat Ibnu Sa’ad di dalam Ath-Thabaqat, disebutkan bahwa beliau bersabda saat menyerahkan kunci kepada Utsman bin Thalhah, “Ambilah kunci ini sebagai warisan yang abadi. Tidak ada yang merampasnya dari kalian kecuali orang yang zalim. Wahai Utsman, Allah menyerahkan keamanan rumah-Nya kepada kalian. Ambilah dari rumah yang diberikan kepada kalian ini dengan cara yang ma'ruf.”
Itulah perang penaklukkan Kota Mekkah, peperangan yang sangat menentukan kemenangan yang besar dengan tata cara yang baik dan manusiawi untuk menumpas serta menghancurkan eksistensi paganisme (penyembah berhala) hingga tuntas, tidak memberi peluang dan kesempatan bagi kehidupan sesat di seluruh Jazirah Arab.
Sumber:
Sirah Nabawiyah, Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Cipayung, Jakarta Timur.
Mau Membahas Sirah Nabawiyah lainnya Langsung di Kota Mekkah dan Madinah, Yuk ber Umrah Bersama Kami di muslimtravel.id!