BEREPUTASI BAIK

Selamat datang di KONSORSIUM MUSLIM TRAVEL.ID 

Inilah Hikmah Sa’i, Belajar Tawakkal dari Siti Hajar

Kategori : Materi Manasik, Umrah, Haji, Ditulis pada : 16 Januari 2024, 13:46:46

Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah tentunya sangat menarik bagi seorang muslim, apalagi bagi Anda yang tengah menyiapkan diri untuk berangkat ke tanah suci. Banyak hikmah yang dapat Anda ambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain menambah spiritualitas Anda, Anda bisa memaknai setiap ibadah yang Anda kerjakan saat di tanah haram.

Terutama saat menunaikan rukun-rukun haji dan umrah, diantaranya adalah sa’i. Sa’i adalah rukun ketiga selepas ihram dan thawaf. Sama dengan rukun-rukun yang lain, sa’i memiliki karakteristik khusus dalam pelaksanaannya. Istimewanya lagi, Anda bisa memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i jadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Menurut bahasa, sa’i artinya usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya berjalan cepat bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, diawali dari bukit Shafa dan terakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa adalah sejauh 400 meter, sehingga total menempuh jarak  kurang lebih 3 km apabila bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentu saja, Anda harus mempersiapkan kesehatan fisik sebelum melaksanakan rukun ini. Misalnya, berolahraga secara teratur seperti berjalan sekian langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Sehingga tubuh Anda jauh lebih kuat ketika melaksanakan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Rukun Sa’i

Bila melihat sejarahnya, rukun sa’i ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk pindah dari Palestina ke lembah tandus bernama Makkah. Waktu itu, adalah hal yang berat untuk Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang tandus nyaris tidak ada kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan dibelakang suaminya, pun ketika Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar tidak mengerti dengan apa yang terjadi, bolak-balik ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Kemudian ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tak bergeming.

Hinga Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang menyuruhmu, wahai Ibrahim?” Lalu Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang menyuruhku.” Dengan wajah yang berseri-seri kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menelantarkan kami.

Nabi Ibrahim pun pergi ke Palestina. Meninggalkan istri dan anak lelakinya di lembah gersang tersebut karena Allah SWT. Ia menyerahkan segala urusan kepada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga taat kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah.

Selama berhari-hari ia terus usaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Sampai suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena kehausan. Kemudian, Siti Hajar kesana kemari mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa mengetahui di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang tampak. Ia kesana-kemari sebanyak 7 kali, sambil terus berharap kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah hadirkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

disangka, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru menghadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan hingga sekarang masih bisa Anda nikmati yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, jika Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki sejarah, disebut air zamzam sebab sumber air itu terus memancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah akan tenggelam jika hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berucap “Zamzam, zamzam!” yang berarti, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar tetapi sesuai kebutuhan.

Hikmah Sa’i

Belajar dari ibunda Siti Hajar, banyak sekali hikmah yang bisa Anda ambil dari rukun sa’i. Berbagai nilai-nilai positif yang bisa Anda laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut hikmah yang dapat Anda pelajari:

Belajar Tentang Iman

Siti Hajar merupakan salah satu hamba yang istimewa di hadapan Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari respon beliau saat Nabi Ibrahim mengungkapkan bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tak akan menelantarkannya, walaupun tampaknya ia tinggal di tanah yang gersang saat itu.

Tawakkal

Siti Hajar juga memperlihatkan betapa ia penuh tawakkal kepada Rabbnya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal yaitu sikap menyerahkan segala apa yang terjadi sesuai dengan kemauan Allah. Jadi, dalam sikap tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di dalamnya. Tugas kita adalah berikhtiar, tapi soal takdir Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Menghendaki.

Ikhtiar

Seperti pemaparan di atas, tawakkal tetap disertai dengan usaha. Ibunda Siti Hajar memberi contoh bagaimana ia tak berputus asa menemukan sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia tetap bergerak tiada henti, menyertai keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berikhtiar. Sehingga Allah berikan bantuan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berusaha dengan cara apapun selama itu dengan hal yang diridhoi Allah. Akan tetapi, kadang Allah mendatangkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tidak selalu dari apa yang Anda harapkan, tapi tetap yakin bahwa itulah yang terbaik menurut Allah.

Ikhlas

Terakhir, dari sa’i Anda bisa belajar tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menjalani ketetapan takdir yang Allah berikan, menaati perintah-Nya dengan ikhlas tanpa mengeluh saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membersamai Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya rasa ikhlas, akan sulit menerima ketetapan Allah, karena sifat manusia yang tak pernah puas.

Nah, itulah hikmah sa’i yang bisa Anda pelajari dari kisah Siti Hajar. Semoga bisa meningkatkan keimanan Anda, serta semakin bersemangat saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id